BERHENTI MATI

April 3, 2021

Mati kerap dikaitkan dengan berhenti. Orang mati jantungnya tak berdetak lagi. Otaknya sudah tidak berfungsi. Badannya kaku tanpa gerak. Semua berhenti.

Bagaimana dengan kematian Sang Guru Kehidupan? Apakah semua juga berhenti? Dia berkuasa atas mati dan hidup. Setelah wafat di kayu salib roh-Nya turun ke alam penantian di mana banyak jiwa orang benar sedang menantikan penyelamatan.

Kendati pada umumnya mati selalu terkait dengan berhenti, tidak demikian yang terjadi atas Sang Guru Kehidupan. Dalam sunyi dan sepinya mati Dia justru bergerak menuju kehidupan baru.

Selama Sabtu Sepi atau “Sabbatum Sanctum” (bhs Latin) umat diajak untuk tinggal dalam makam Tuhan, merenungkan penderitaan, wafat dan turun-Nya ke alam maut serta menantikan kebangkitan. Inilah yang dinyatakan dalam Syahadat Para Rasul, “disalibkan, wafat, dimakamkan dan turun ke tempat penantian.”

Hari Sabtu Sepi memiliki makna penting karena mengingatkan akan satu bagian ungkapan iman di atas. Orang juga diajak bersama dengan Sang Guru yang sedang berproses menuju kebangkitan-Nya. Karena itu, Sabtu Sepi ini diwarnai juga dengan pengharapan yang besar akan kebangkitan.

Renungan tentang Sabtu Sepi mengingatkan bahwa dalam kematian Sang Guru tidak ada yang berhenti. Sebaliknya, justru berupa gerakan menuju kehidupan yang baru. Bukan mati dan berhenti, tetapi berhenti mati. 

Sabtu Sepi, 3 April 2021

Romo Albertus Herwanta, O. Carm