ENDING

November 26, 2020

Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm.

Dengan segala daya manusia menghadang “ending” dirinya. Usaha keras melawan pandemi, contoh paling konkret saat ini. Resesi pun harus segera diatasi supaya ekonomi masyarakat tidak terhenti. Wajar dan masuk akal.

Sekelompok orang yang pada masa lalu berjaya dalam bidang sosial, politik dan ekonomi kini sedang berjuang keras menahan si “ending” menjemputnya. Mereka menolak “ending” yang bakal merampas segala kenyamanan yang telah berpuluh-puluh tahun amat enak dinikmati.

“Ending” duniawi membuat orang ngeri. Hilangkan gengsi dan merampas nikmatnya kuasa. Betapa tidak nyaman kehilangan kekuasaan politik dan ekonomi. Namun, itu semua cepat atau lambat bakal terjadi. Tidak mungkin dihindari. Yang serba duniawi akan dilenyapkan (Why. 18: 1-2.21-23; 19: 1-3.9a). Babel (lambang kota Roma) yang digambarkan dalam Kitab Wahyu itu segera runtuh. Kejayaan dan kepongahan dunia segera sirna. Mereka yang senantiasa mengarahkan hidupnya semata-mata pada dunia akan binasa bersamanya.

Sang Guru Kehidupan pun berbicara tentang kehancuran Yerusalem, “Apabila kalian melihat Yerusalem dikepung oleh tentara, ketahuilah bahwa keruntuhannya sudah dekat” (Luk. 21: 20). Karena tidak mungkin lagi dipertahankan, mereka yang berada di luar kota lebih baik tidak memasukinya. “Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu” (Luk. 21: 24).

Mengapa Yerusalem (kota perdamaian) yang menjadi pusat orang menyembah Tuhan diruntuhkan? Minimal dua penyebabnya. Pertama, secara politik orang Yahudi memberontak terhadap penguasa Romawi. Kedua, secara iman mereka melanggar hukum Tuhan. Mereka lebih percaya pada perhitungan politik dan akal manusia daripada percaya kepada Tuhan.

Akhir dari dunia ini memang menakutkan, karena semua kemegahan dan kekuatan dunia yang manusia andalkan dan banggakan dihancurkan (Luk. 21: 25-26). Mati. Apakah itu berarti akhir dari segalanya?

“Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya” (Luk. 21: 27). Kekuasaan Allah tidak berakhir. Karena itu, siapapun yang dalam hidupnya sungguh mengandalkan Dia akan menikmati hidup sejati. Keselamatan.

Inilah pesan-Nya kepada mereka yang percaya kepada-Nya, “Apabila semuanya itù mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat” (Luk. 21: 28). Akhir dunia bukan masalah bagi mereka yang percaya kepada Allah. Sebaliknya, itulah saat tepat untuk menyambut penyelamatan-Nya.

Bagi mereka yang sibuk mempertahankan diri dalam kekuasaan politik dan ekonomi, “ending” itu menakutkan dan mengerikan. Mereka menempuh pelbagai cara untuk menyelamatkan dirinya. Orang dan cara jahat pun digunakan. Mereka yang menjadikan dunia ini “berhala” akan binasa bersamanya. Meski memakai bendera agama, semua upaya itu tidak akan sanggup menghadang si “ending” tiba. Demikian sejarah telah mengajarkan dan Tuhan jauh-jauh hari sudah mengingatkan.

Malang, 26 November 2020