CEMETI IMAN

February 3, 2021

Oleh Romo Albertus Herwanta, O. Carm

Remaja ceria

Betapa nikmat dan senangnya menjadi anak manja. Di mana-mana dan kapan saja senantiasa dituruti keinginannya. Lagipula, tidak perlu repot-repot ikut berusaha. Semua  tersedia. Dunia ini tampak serba beres; tanpa kesulitan.

Tetapi, kapan orang melihat anak-anak yang dimanja menjadi pribadi mandiri dan bertanggungjawab waktu dewasa? Amat jarang. Biasanya hidupnya “bangkrut” bersama hilangnya fasilitas yang memanjakannya. Entah itu orangtua, keluarga atau hartanya. Dia menjadi orang yang tak berdaya.

Sebaliknya, anak-anak yang menjalani pendidikan penuh disiplin dan ketertiban akan menjadi manusia yang umumnya matang dan bertanggungjawab. Mereka yang waktu kecil mau hidup miskin dan penuh keterbatasan kemudian menjadi pribadi yang berhasil membangun diri dan menolong banyak orang.

Hanya sedikit orang yang sungguh menghargai pentingnya disiplin dalam pendidikan. Pada masa kini makin jarang orangtua yang menghajar anak-anaknya. Alasannya, kasihan. Ada pula yang takut dianggap melanggar hak asasi manusia. Anak bersalah dibiarkan. Yang malas tidak dilatih berdisiplin.

Berapa orang beriman yang memahami bahwa Tuhan menghajar orang-orang yang dikasihi-Nya? “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?” (Ibr 12: 5-7).

Semua pelajaran dan disiplin itu sering tidak menyenangkan waktu diberikan. Baik yang mendisiplin maupun yang dilatih disiplin sama-sama merasa tidak nyaman. Namun ketika sudah menghasilkan buah, betapa bahagia orang memetik dan menikmatinya (Ibr 12: 11).

Wilayah negara Indonesia bagaikan orangtua yang memanjakan anak-anaknya. Di sana hidup begitu gampang. “Tongkat dan kayu jadi tanaman,” kata Koes Plus Bersaudara. Alamnya berlimpah dan musimnya membuat hidup tidak susah. Sepanjang tahun orang bisa menanam, bekerja dan beraktivitas.

Akibatnya, sebagian rakyatnya jadi manja. Bahkan ada yang malas. Tidak kreatif dan hanya suka menuntut. Hidupnya lembek ketika menghadapi tantangan. Barangkali pandemi ini semacam hajaran dari Tuhan supaya orang tidak santai, manja dan sesukanya. Cara orang meresponnya menunjukkan siapa yang sering dimanja dan yang sudah matang dengan disiplin. Termasuk kelompok mana pun dia, dalam situasi yang sulit dan penuh cobaan ini orang membutuhkam cemeti iman.

Shek O HK, 3 Februari 2021