Berpikir Sebelum Bicara atau Otak Harus Lebih Cepat dari Mulut

September 20, 2020

Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC

Romo Felix Supranto, SS.CC
autoRomo Felix Supranto, SS.CC

Banyak dari apa yang kita pikirkan keluar dari mulut kita tanpa kita pikirkan lebih dahulu. Walaupun kita tidak menginginkan orang lain mengetahui apa yang kita pikirkan, tetapi pada saat tertentu kita bisa saja mengatakannya begitu saja tanpa dipikirkan lebih dahulu (keceplosan). Perkataan yang tanpa kita pikirkan lebih dahulu lebih banyak merugikan daripada bermanfaat. Perkataan tersebut cenderung melukai daripada membangun.

Ada suami istri yang telah lama menikah. Beberapa tahun setelah pernikahan, tubuh istrinya semakin besar. Suaminya setiap hari mengatakan kepada istrinya : “Kamu gendut amat. Seandainya kamu olah raga, kamu pasti langsing”. Istrinya pasti sangat tersinggung dan berkata : “Tubuhku melar karena telah melahirkan ketiga anakmu, tahu ….. Kalau kamu mencintai aku, terima saja keadaanku”. Puji Tuhan, sejak itu, suaminya tidak pernah berkata lagi kepada istrinya “kamu gendut”.

Kisah tersebut mengingatkan kita bahwa perkataan yang tidak dipikirkan lebih dahulu dapat merusak kepercayaan diri orang lain dan relasi kita dengan orang lain. Hampir dari kita semua memiliki kemampuan untuk berbicara seperti itu. Kita mudah memikirkan sesuatu dan mudah pula mengatakannya. Akibatnya, dalam waktu sangat singkat perkataan kita telah melukai sahabat kita. Hal itu menunjukkan bagaimana cepatnya banyak hal masuk ke dalam pikiran kita dan keluar dari mulut kita.

Untuk dapat mengendalikan mulut kita, pertama-tama kita harus dapat mengendalikan pikiran kita. Kita tidak mungkin mengendalikannya tanpa bantuan Allah. Karena itu, pertama-tama kita harus berdoa agar dapat mengendalikan pikiran dan perkataan kita. Kita berdoa agar hati dan pikiran kita berkenan dihadapan Allah sebagaimana Daud lakukan : “Lindungilah hambaMu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar” (Mazmur 19 : 14). Kita juga bisa berdoa agar Allah menjaga mulut dan bibir kita : “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” (Mazmur 141 : 3). Doa-doa Daud itu juga bisa menjadi doa kita sehari-hari.

Kesimpulan dari permenungan ini adalah Mari kita terus belajar menjadi pribadi yang berpikir positif, cerdas dalam berkata, dan hebat dalam bertindak.