Renungan Harian – Sabtu, 22 Agustus 2020

August 22, 2020
renungan harian katolik
SABTU
(Putih)
22 Agustus
SP Maria , Ratu
Yeheskiel 43: 1-7a
Mazmur 85: 9-14
Matius 23: 1-12
1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 2 “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; 6mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; 7 mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 8 Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. 9 Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. 10 Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. 11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. 12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
ALLAH BERHATI IBU
“Bait suci itu penuh kemuliaan TUHAN” — Yeheskiel 43:5
HARI INI Pesta Santa Perawan Maria Ratu. Dalam bentuk gambar atau patung, sebagai Ratu, Maria tentu mengenakan ‘mahkota’.
Dalam pertandingan olah raga, yang menang mendapat medali mas, perak atau perenggu. Di awal olympiade di Yunani, ‘mahkota’ menanti mereka-mereka yang berhasil pertama menyudahi pertandingan. Bunda Maria mengenakan Mahkota ini dikarenakan dia ada di samping Putera-nya, yakni Yesus Kristus, Raja. Ia telah menyudahi panggilannya menjadi Bunda Yesus, Bunda para Rasul dan Bunda Gereja. Kita menghormati Bunda Maria sebagai Ratu surga dan bumi dikarenakan adanya hubungan ‘keibuan’ dengan Sang Raja semesta alam.
‘Keibuan’ adalah sifat seseorang yang wajar dituntut dari seorang ‘ibu’. ‘Keibuan’ lebih baik sebagai suatu ‘simbol’ yang berbobot. Dalam pengertian ini, keibuan mencakup rasa kepedulian, sikap memelihara anak agar tumbuh berkembang, menyembuhkan dan menghibur. Kalau kita baru ‘stress’, dirundung sedih, kita mencari figure ibu. Allah memang kita sebut Bapa, sebagaimana Yesus ajarkan. Tetapi Allah Bapa juga seperti seorang ibu yang menghibur menjaga anak-anak-Nya.
Bunda Maria mengingatkan kita bahwa Allah kita itu Allah yang peduli, yang memelihara , menghibur dan menyembuhkan. Sebagaimana ada ‘kalimat mas’ – ‘Per Mariam Ad Iesum’- lewat Maria menuju Yesus, tetapi sebenarnya lebih dari itu, yakni Maria selalu menunjuk ke arah Allah. Maria sang Ratu, menuntun kita kepada Yesus Kristus, dan lebih jauh lagi menuntun kita guna memenuhi panggilan kita untuk pemenuhan Kerajaan Putera-nya, sebagaimana Bapa kehendaki.
Kita-kita yang memiliki devosi kuat kepada Bunda, janganlah kita hanya mohon tetapi jauh bermartabat kalau kita meneladan salah satu sifat keibuan Bunda Maria, ibu Yesus. (SW)
DOA : Ya Maria, Ratu Pencinta Damai, mohonkan aku menjadi pembawa damai dan mendapat karunia mendamaikan orang-orang.
JANJI : “Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpinmu yaitu Mesias (=Kristus) ”— Matius 23: 10
PUJIAN: Paroki Gereja Santa Perawan Maria Ratu, BlokQ, Kebayoran Baru, Jakarta, pernah kehilangan dua wilayah, yang kemudian menjadi tempat pengembangan distrik bisnis, (SCBD). Di situ lalu tumbuh Gedung-gedung perkantoran dan apartment. Saat ini baru dicari model pelayanan Pastoral secara vertical: bagi para umat yang tinggal di apartment di situ.